Friday, January 2, 2009

RIWAYAT RAJA AUMADME

Raja Aumadme memiliki lima orang putra dari istri tercintanya Emeulen. Dia dinobatkan menjadi raja sebagai orang yang masih memiliki darah Atmemliv, pendiri Eumefzi, setelah masa seratus tahun pemerintahan Dewan Tua-Tua di Eumefzi berakhir. Putra tertuanya, Atleoti buta sejak lahir sehingga ia memberikan hak waris takhtanya kepada putra keduanya, Altmecire. Kedua putranya itu lahir ketika ia belum menjadi raja dan masih menjadi seorang anggota Dewan Tua-Tua.

Putra ketiga Aumadme bernama Aresmak yang dilahirkan pada tahun-tahun pertamanya sebagai raja. Kemudian setelah kemenangan perang merebut Euderej dari kerajaan Eujurek, yaitu pada tahun ketiga pemerintahannya, istrinya melahirkan lagi seorang putra dan diberi nama Arikme. Dan tahun-tahun berikutnya menjadi tahun-tahun kejayaan pemerintahan Aumadme sampai pada tahun keenam pemerintahannya ketika istrinya meninggal setelah melahirkan putra kelimanya yang diberi nama Atlemair.

Sepeninggal Emeulen, Raja Aumadme merasa tertekan dan selama sembilan tahun ia berusaha mengobati kesedihannya yang mendalam atas kematian permasurinya itu hingga membuat kejayan Eumefzi memudar. Kejahatan melanda seluruh penjuru Eumefzi dan masing-masing daerah di Eumefzi ingin melepaskan diri, termasuk Euderej yang beberapa tahun lalu direbutnya dari Eujurek. Perompak-perompak mulai menguasai Laut Utara, membajak kapal-kapal dagang yang akan masuk ke pelabuhan-pelabuhan Eumefzi. 

Kemudian dengan penuh rasa putus asa, Aumadme menghadap Dewan Tua-tua meminta petunjuk. Dewan Tua-tua menyarankan Sang Raja untuk mengambil istri lagi sebagai pengganti permaisuri Emeulen supaya Aumadme bisa terobati kesedihannya dan kejayaan Eumefzi dipulihkan. Maka Aumadme meminta persetujuan dari kelima putranya dan melakukan apa yang disarankan Dewan Tua-tua meskipun Altmecire, Sang Putra Mahkota, menentangnya.

Selanjutnya Aumadme melakukan perjalanan mengunjungi negeri-negeri Manusia di Utara : Euredu, Eujmelv, Eumenire, Eumuder, Eumenal Baru, Eujilk dan juga Eujurek untuk melamar putri-putri raja kerajaan-kerajaan tersebut. Tetapi ia pulang dengan tangan hampa sebab sebagian besar putri- putri raja tidak mau menjadi istrinya dengan alasan tidak mau menjadi istri seorang yang sudah tua. Beberapa di antaranya belum cukup umur. Dan bahkan ada yang meminta mahar terlal sulit untuk dipenuhi seperti Raja Eujurek yang ingin menukarkan putrinya dengan wilayah Euderej.

Kemudian Dewan Tua-Tua menyarankannya untuk mengadakan pesta di istana dan mengundang semua gadis di Eumefzi dengan dalih hendak mencarikan jodoh untuk kedua putra tertua Raja. Saran itu dipandang baik oleh Sang Raja dan diadakannyalah sebuah pesta besar di istananya. Semua gadis di Eumefzi baik dari keluarga kaya dan keluarga miskin hadir di situ hingga jumlahnya mencapai sembilan ratus enam puluh dua orang, belum termasuk orang tua yang mengantar mereka. 

Maka Aumadme menyuruh Altmecire memilih dua gadis yang disukainya, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk saudaranya yang buta. Dan seolah-olah dibuatnya gadis-gadis itu memang untuk mereka berdua sehingga kedua putranya itu benar-benar menyangka bahwa ayahnya hendak mencarikan jodoh untuk mereka. Tetapi ketika sudah didapatkan dua orang gadis, Aumadme memberikan pengumuman bahwa ia akan menikahi kedua gadis itu sehingga terkejutlah semua yang hadir pada saat itu. Altmecire, merasa ditipu oleh ayahnya sendiri, marah dan mengancam ayahnya dengan pedang. Tetapi dia ditahan dan Aumadme mengurungnya di dalam penjara karena perbuatannya itu.

Dan pesta pernikahan Sang Raja segera digelar dengan sangat meriah mengingat kedua calon permasurinya, Edmuf dan Emum, berasal dari keluarga miskin dan tentu saja hal itu mengangkat derajat keluarga miskin itu. Karena Aumadme berasal dari Kaum Putih, penyembah Sang Terang, maka pernikahan dilaksanakan secara ajaran Kaum Putih, meskipun kedua mempelainya berasal dari keluarga Pagan, penyembah Dewa-dewa bangsa Menal. Semua putra Aumadme hadir pada pesta itu kecuali Altmecire yang dikurung di penjara. Atleoti tidak menyesal meskipun ada sedikit kekecewaan terhadap ayahnya itu. Dan pada pesta itu pula, diumumkan bahwa jabatan putra mahkota Altmecire dicabut dan diberikan kepada putra ketiga Aumadme, Aresmak, yang masih berusia belasan tahun.

Tetapi sebuah peristiwa terjadi pada pesta pernikahan yang dihadiri oleh raja-raja dari negeri-negeri sahabat itu. Seorang wanita datang ke hadapan Raja Aumadme. Wajahnya cantik dan kulitnya putih seperti salju. Banyak orang yang hadir di situ terpesona melihatnya dan menyangka dia adalah putri seorang Dewa. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Enudev, seorang putri Kerajaan Peri dari Pulau Timur yang sengaja hadir meskipun tidak diundang untuk memberikan hadiah pernikahan bagi Raja Eumefzi, yaitu tubuhnya sendiri. Maka gembiralah hati Aumadme menerimanya dan berencana memperistri putri itu saat itu juga meskipun beberapa orang anggota Dewan Tua-tua melarangnya dengan alasan yang berbeda-beda.

Dan terjadilah bahwa Eumadme Raja Eumefzi beristri tiga. Kesedihan atas kematian istri pertamanya terobati. Kejayaan Eumafzi kembali diperolehnya meskipun keadaan keluarganya mengalami kekacauan setelah Altmecire membebaskan diri dari penjara. Aumadme lebih mencintai Enudev daripada kedua istrinya yang lain. Bahkan Sang Raja hampir melupakan putra-putra kandungnya sendiri.

Karena cemburu maka diam-diam Edmuf dan Emum berencana membunuh Enudev karena merasa tidak mendapatkan perhatian dari sang Raja. Tetapi pada malam sebelum rencana itu dilakukan, Edmuf terjun dari atas menara tanpa sebab yang jelas. Sang Raja menyangka bahwa wanita itu bunuh diri tetapi Emum yakin bahwa Enudev telah membunuh Edmuv dan diceritakannyalah hal itu kepada Atleoti, putra tirinya.

Setelah itu Emum berusaha membuat dirinya mengandung sebelum Enudev memperoleh anak dari Sang Raja. Didekatinya Atleoti yang buta, dibuatnya mabuk dan tidurlah ia bersama putra tirinya itu. Tetapi Aumadme mengetahui hal itu dan marahlah ia kepada putra dan istrinya itu. Dipenjarakannyalah mereka oleh Sang Raja supaya mereka menyesali kesalahannya. Tetapi diam-diam Enudev datang kepada Emum dan menyuruh wanita itu untuk menggugurkan kandungannya, tetapi Emum tidak mau. Beberapa hari kemudian gugurlah kandungannya dan matilah Emum di dalam penjara setelah mengalami pendarahan yang hebat.

Kemudian terjadilah pemberontakan di Eumefzi. Altmecire datang dengan kekuatan barunya mengobarkan perang melawan Sang Raja. Diutusnyalah oleh Aumadme putra keempatnya, Arikme yang masih terlalu muda, memimpin prajurit untuk memadamkan pemberontakan itu. Tetapi Arikme terbunuh sebelum tiba di medan peperangan dan sang Raja menyangka bahwa putranya itu dibunuh oleh Altmecire sehingga ketika berhasil ditangkap, dengan teganya Aumadme memenggal kepala Altmecire.

Setahun kemudian mengandunglah Enudev dan melahirkan seorang putra bagi Aumadme. Hal itu membuat geram Aresmak sang putra mahkota karena perhatian ayahnya tertuju pada bayi itu. Maka Aresmak berusaha untuk membunuh anak itu. Tetapi tiba-tiba berubahlah ia dan pada pesta perayaan tahun pertama kelahiran bayi itu, yang diberi nama Muogeac, ia mengumumkan bahwa ia memberikan hak waris takhta Eumefzi kepada Muogeac. Setelah itu pergilah ia dan pagi harinya ditemukan mati di ruangannya seperti habis menenggak minuman beracun. 

Dan tinggalah Atlemair sendiri sebagai putra Aumadme. Setiap hari ia mengunjungi satu-satunya saudaranya yang masih hidup, Atleoti yang buta di dalam penjara. Atleoti menyuruhnya untuk waspada sebab telah dicurigainya Enudev menggunakan sihir untuk membinasakan seluruh anggota keluarganya dan memengaruhi pikiran ayahnya beserta Dewan Tua-tua. Atleoti berpesan kepada Atlemair untuk menjaga dan menyadarkan ayahnya.

Suatu hari Aumadme memohon kepada Enudev untuk pergi ke Kerajaan Peri di Pulau Timur bersamanya. Sebab ia merasa perlu berkenalan dengan keluarga Enudev dan memperkenalkan Muogeac kepada kaum Peri di sana. Tetapi Enudev menolak. Dan setiap kali Aumadme memohon kepadanya, ia selalu menolak dengan alasan bahwa kamu Peri sudah berubah menjadi jahat dan ingin menguasai negeri-negeri Manusia di Daratan Bumi. Enudev mengaku bahwa sebenarnya ia adalah salah seorang utusan Peri yang datang untuk melumpuhkan kerajaan Eumefzi dengan sihir meskipun ia tidak menginginkan hal itu sehingga ia enggan untuk kembali ke sana sebab itu sama saja dengan mati.

Enudev menyuruh Aumadme untuk menyiapkan prajurit-prajuritnya serta mengajak negeri-negeri sahabat untuk memerangi bangsa Peri di Pulau Timur sebelum mereka datang ke Daratan Bumi dan menghancurkan Kerajaan-kerajaan Manusia. Enudev mengusulkan supaya Atlemair menjadi penglima perangnya. Tetapi Atlemair menolaknya dan berkata bahwa kaum Peri tak seharusnya harus dimusuhi.

Enudev menyadari bahwa pikiran Atlemair telah diracuni oleh Atleoti. Maka dengan sihir ia memengaruhi pikiran Atlemair untuk membunuh Atleoti. Setelah sadar membuat kesalahan, pergilah Atlemair melarikan diri dan hidup sebagai pelarian di padang belantara Eumefzi sampai akhirnya ia bertemu dengan Aukliz, seorang pemuda yang ingin mendaftarkan diri sebagai prajurit Eumefzi untuk berperang melawan Negeri Peri, yang akhirnya menjadi sahabatnya. Atlemair mengajak Aukliz untuk pergi ke Euredu, menjauhi Eumefzi.

Di Euredu, Atlemair menuju ke kota sihir Amejudeb, yang terletak di bawah tanah, tempat para Manusia mempelajari sihir, sebab ia ingin sekali melawan Enudev dengan kekuatan sihir juga. Tetapi para penyihir di situ tidak mau menerimanya sebab mereka tidak suka dengan kehadiran Aukliz dan mencurigai Aukliz sebagai sekutu Enudev. Meskipun Atlemair meyakinkan mereka bahwa Aukliz adalah orang baik-baik, untuk membuktikan kebaikannya, Aukliz diutus pergi ke Pulau Timur seorang diri dengan perahu untuk memperingatkan bangsa Peri akan rencana perang itu.

Aukliz menjalankan tugasnya dengan baik meskipun banyak Peri yang tidak memercayai ucapannya. Beberapa Peri termasuk puteri Ududlivim memercayai ucapannya dan memintanya menyelamatkan bangsa Peri.  

Maka dua puluh kapal perang pertama Eumefzi yang memuat dua puluh ribu prajurit berlayar ke Negeri Peri dipimpin oleh Aumadme sendiri, bersama dengan puluhan kapal perang dari Euredu dan Eujurek menyerang Pulau Timur segera setelah merapat di pantainya. Segera dibantainya kaum Peri yang belum siap untuk berperang itu tanpa mengenal belas kasihan. Tetapi beberapa orang Peri berhasil menyelamatkan diri dan membalas kematian saudara-saudara mereka dengan sihir sehingga matilah para prajurit di sana. Demikian pula dengan Aumadme mengakhiri hidupnya di sana.

Kaum Peri yang masih hidup mengembalikan jasad Manusia-manusia yang mati di Pulau Timur beserta dengan kapal-kapal mereka dan sebuah tulisan Peri tertulis pada kapal-kapal itu yang artinya kurang lebih : “Kami tidak ingin berperang melawan kalian”. Maka sangat beranglah Enudev karena ada beberapa Peri yang masih hidup. Ia menyuruh Eumefzi membalaskan kematian pahlawan-pahlawannya dengan cara menghentikan penyembahan kepada Sang Terang, yang juga disembah oleh kaum Peri. 

Kitab Putih dimusnahkan dan mulailah Enudev memperkenalkan sesembahan baru : Sang Kegelapan, Penguasa Malam. Ia mengganti Kuil Sang Terang menjadi Kuil Kegelapan, mengumpulkan seluruh rakyat Eumefzi, termasuk Kaum Berwarna dan memaksa mereka menghabiskan waktu di situ memanjatkan doa kepada Sang Kegelapan pada waktu malam supaya bangsa Peri dimusnahkan.

Tiba-tiba pada malam ketiga, datanglah Angin Besar dari Barat membawa Wabah Kematian di dalamnya bergerak menuju Timur, merusak setiap tempat yang dilewati. Dan Angin itu benar-benar menuju Pulau Timur, membinasakan semua yang tersisa di sana.

1 comment:

  1. salam yah dari andry (bjvadis) yg di forum pulpen. gue taruh link blog u di blog gue yah...

    ReplyDelete